Sulbar - Perhelatan pesta demokrasi akan dilaksanakan pada Tahun 2024 mendatang. Figur-figur calon Gubernur Sulbar sudah mulai diperbincangkan di level grassroot dan di meja - meja diskusi para penikmat kopi.
Menurut aktivis UNM Henri Setiawan Hapil , Ada figur dari kalangan akademisi, politisi dan lain-lain. Dari kalangan akademisi sebut saja ada Pak Prof. Husain Syam, dari kalangan politisi ada pak Suhardi Duka mantan Bupati Mamuju, Pak Andi Ibrahim Masdar Bupati Polewali Mandar, Pak Aras Tammauni Bupati Mamuju Tengah dan Pak Agus Ambo Djiwa Mantan Bupati Pasangkayu.
Baca juga:
Tony Rosyid: KAMI di Tengah Lautan Persekusi
|
“Jika orang membicarakan Pilkada Sulbar maka figur tersebut di atas senantiasa di sebut-sebut sebagai calon Gubernur yang akan maju pada pemilihan Gubernur yang akan datang. Politik itu sifatnya dinamis setiap detik, menit dan jam bisa berubah sehingga bisa jadi selain dari figur-figur tersebut di atas ada figur lain yang akan muncul kemudian dan begitulah politik, ” Ungkapnya.
Lanjutnya, Selain dari figur calon Gubernur tersebut ada hal fundamental yang mesti menjadi perbincangan prioritas utama yakni: problem kerakyatan, Kemiskinan, tingginya harga beras yang memberatkan masyarakat, bagaimana nasib para petani, nelayan, pengangguran, para pedagang kaki lima, kelompok marginal dan Lansia?
“Kelompok sosial ini perlu menjadi perhatian serius bagi calon Gubernur jika kelak terpilih menjadi Gubernur Sulbar. Untuk melihat bahwa suatu daerah itu maju maka bisa dilihat dari indikator Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi, ” Urai Henri Setiawan.
Ia menambahkan, untuk menakar pemimpin ideal Sulbar maka figur yang memahami problem masyarakat, pembangunan SDM melalui pendidikan, Pembukaan Lapangan kerja, Peningkatan layanan kesehatan terutama warga miskin jika perlu gratis biaya berobat di rumah sakit milik pemerintah di semua tingkatan.
“Pada indikator ekonomi menigkatkan pendapatan asli daerah terutama pengelolaan Sumber Daya Alam Sulbar dan Meningkatkan Produktifitas Kinerja Badan Usaha Milik Daerah, ” Tutup Henri Setiawan Hapil, Aktivis UNM tersebut.